*dimuat di majalah Media Kawasan Edisi September 2011
“Dellaaaaaaaaa…!!” aku berteriak.
“Ninaaaaaaaaa…!!” balas teriaknya di seberang sana.
Obrolan
selanjutnya pun diwarnai dengan teriakan-teriakan tak kunjung selesai.
Sampai suara kami berdua terasa mau habis, aku pun menyudahi
pembicaraan.
“Gue kerumah loe sekarang!” tantangku.
“Siapa takut?”
“Oleh-oleh siap?”
“Siaaaap!!”
“Meluncur.”
Klik. Telefon kututup.
Cuma
10 menit naik motor ke rumah Della. Aku tidak sabar ketemu sama anak
semprul satu itu, sahabatku sejak SMP. Dia baru pulang dari Mesir
setelah tiga tahun ikut ayahnya dinas disana. Dalam benakku sudah
membayangkan oleh-oleh apa yang dia bawa darisana untukku. Cinderamata
dari Mesir pasti unik-unik.
“Tadaahhh…!!”
Della mengeluarkan kaos berwarna hitam, di bagian depannya terpampang
belasan cowok dengan model dan warna baju yang kompak dengan pose
berbeda. Aku mengedip-ngedipkan mataku.
“Umm, Del, apa gue nggak salah liat, ini kok kayak boyband Cina?”
“Korea!” jawabnya cepat. “Oh..” aku manggut-manggut. Bingung.
“Um, okay, thank’s for the gift.” aku mengambil kaos itu.
“You are welcome.” jawab Della, senang.
Sebuah
timpukan kaos mendarat di wajahnya. “Semprul. Serius dong!” kataku.
Kaget, Della lantas menjawab “Serius! That’s a gift for you!” Serius?
aku masih percaya nggak percaya.
“Kok loe nggak ngomong kalo mampir ke Korea?” kataku akhirnya. Demi mendengar kata Korea dari mulutku, air muka Della berubah. “Oh, I wish someday I go there!”
Melihatku
bengong, Della menjelaskan “Gue mesen kaos itu langsung dari Korea.
Asli bo. Temen gue yang bantuin ngirim dari sana ke Mesir. Nggak bisa
langsung dari situs resminya. Maklum, belom ada akses kirim ke negara
arab..”
Aku masih bengong. “Nin, loe kenapa? Kok loe biasa aja, sih? Ini SUJU, men. SUJU!!”
"SU...JU??"
“Iya,
SU-JU. SUPER JUNIOR. Masa loe nggak tau, sih? Bukannya disini ikutan
gempar? Elo nggak asik, ah. Secara di Mesir gue tetep update, gitu.”
Aku
tidak bisa berkata-kata. Della masih terus berkoar. “Loe tau nggak,
masa’ ya, katanya sampe SUJU sendiri kaget ada pemesan merchandise-nya
dari Mesir. Katanya ini pertama kalinya. Oh my god, don’t they think I’m
special??”
Sejujurnya,
tanganku udah bergetar–nggak kuat pingin nabok, tapi mendadak tidak
dapat bergerak saat tiba-tiba dia menyambar sebuah kaos lagi dari dalam
kopernya, kaos berwarna putih, dengan sablon poster yang sama. “We’re
twins!”
Lalu,
tanpa aba-aba dia memakainya, kemudian dengan gesit menyalakan cd
player dan mengalunlah musik itu. Kulihat tangan dan kaki Della
bergerak-gerak mengikuti irama. Apakah ini pencak silat variasi?
Entahlah..
Della masih bergerak-gerak lincah didepanku, bibirnya komat-kamit mengikuti lagu. “Sorry, sorry, sorry…..”
Aku menghela nafas. Kali ini kumaafkan engkau, Del…
Dunia, saksikanlah… sahabatku dari Mesir kesambet jin Korea!!!
*
Jujur,
aku malas main lagi ke rumah Della sejak itu. Tapi tadi ibunya menelfon
ibuku, katanya keluarga Della mengundang kami makan siang. Menunya
adalah menu masakan timur tengah. Hua, untuk urusan makan aku nomor
satu. Langsung aku tancap gas menuju rumahnya.
Benar
saja, di atas meja telah dihidangkan berbagai masakan yang unik. Aku
melihat berbagai macam sayuran kol, terong, daun jeruk yang
gendut-gendut. Setelah kucomot ternyata di dalam sayuran itu berisi
nasi. “Itu namanya masyi.” kata Della. Aku manggut-manggut. Aneh. Tapi enak. Lalu ada roti bulat terbuat dari gandum yang dimakan bersama ful,
kacang kedelai yang sudah dibumbu dan ditumbuk. Hidangan penutup,
pudding! Warnanya putih susu. Tidak seperti pudding biasa yang
permukaannya datar, halus dan mengkilap, pudding satu ini permukaannya
bergerigi. Pudingnya aneh, kataku.
“Ini bukan pudding. Ini namanya ruz-bil-laban. Nasi-dengan-susu.”
“Hah, ini nasi? Nggak jadi deh!” aku meletakkannya kembali ke atas meja.
“E, e, eh..cobain dulu! Awas aja kalo nagih.” tantangan Della menggodaku.
Aku mengambilnya kembali dan memasukkan satu suap pudding aneh itu ke mulutku. “Mmh..rasanya..” mataku berkedip-kedip.
“Apee? Rasanya enak kan?”
“Mhh…”
satu suap lagi pudding itu memenuhi mulutku. Sesuap lagi. Sesuap lagi.
Rasanya memang sangat enak. Sesuap lagi. “Yeee…dodol!” sekalian aja
dimakan piringnya!” ujar Della menjitak kepalaku.
Kekenyangan
makan, aku tidak berniat segera pulang. Aku berleha-leha di dalam
kamarnya. Kulihat Piping, adiknya sedang menonton film dengan sangat
serius sampai-sampai aku jadi penasaran. Setelah satu menit menonton aku
baru ngeh kalau itu film Korea. Waduh, sampai Piping juga kesambet nih…
Della
memberiku sebuah bantal dan aku memasang posisi yang paling nyaman
menonton sambil tiduran. Rasa-rasanya aku hampir ketiduran kalau aku
tidak mendengar isak tangis seseorang disebelahku. Disamping kiriku
kulihat Piping terisak tapi tetap focus pada layar tivi. Aku menyenggol
Della disebelah kananku. “Del, adek loe nangis tuh..” Della tak
bergeming. Mulutku menganga melihat Della juga berlinang air mata. “Ini
orang pada kenapa, sih?” Aku pun mulai focus pada film itu.
Cd
demi cd diputar. Aku tak tahu sudah berapa cd silih berganti. Mataku
tak bisa lepas dari layar kaca tv. Sampai tiba-tiba… “Tok..tok…tok. Del?
Nina masih ada disitu?” Suara ibunya Della terdengar. Della memencet
tombol pause seraya berteriak dari dalam kamar “Iyaa, ma. Kenapaa?” “Ada
telefon dari ibunya, tuh..”
Aku segera menyambar gagang telefon. Terdengar suara mama mengomel dari seberang.
"Nin! Kamu mau main sampai jam berapa kok jam segini belum pulang-pulang juga?”
“Loh, kenapa mam..” aku melirik jam dinding. “Astaga, sudah jam enam!” aku terpekik kaget.
"Lha, memang kamu pikir jam berapa?” tanya mama.
Mmh..aku gelisah. “Sebentar, mam.”
Kutaruh gagang telefon itu, lalu aku bertanya pada Della.
“Del, cd nya tinggal berapa lagi?”
“Tinggal tiga cd lagi, Nin. Kenapa?”
“Nggak, gue disuruh pulang sama nyokap.” Kataku sedih.
“Nginep aja, dehh..” tawaran Della membuatku semangat lagi.
“Mam..”
aku kembali bicara pada mama. Sejenak aku terdiam, takut mama tidak
mengizinkanku. “Mam, aku dari dulu pingin ngomong sama mama kalo mama
tuh mama yang paling baik di dunia...mama yang paling cantik dan ramah,
sayang banget sama anaknya..” tak terdengar suara mama dari sana.
Aku
melanjutkan lagi. “Mam, aku beruntuuungg banget punya mama kayak mama.”
Terdengar samar-samar suara mama “Nin..kamu…kenapa…?”
“Mam, please, izinin aku nginep dirumah Della ya, please…..aku janji besok pulang pagi-pagi.” Aku katakan juga akhirnya.
“Kamu mau menginap?” tanya mama.
“Iya…” jawabku lemah.
“Oh..yasudah, ntar mama bilang ke papa.”
Aku senang bukan kepalang. “Hah? Beneran, Mam??”
“Iya, ah. Kamu in kenapa, sih? Kirain mama ada apa, sampai muji-muji segala. Tingkahmu seperti kesambet jin saja!”
Demi mendengar itu, aku tertawa-tawa. “Iya, mam. Kesambet jin Korea!!”
No comments:
Post a Comment