*dimuat di majalah Media Kawasan
“Sayang, aku keluar ya? Bentar doang kok. Aku nggak enak sama temenku. Boleh, ya? Please…”
Faya cemberut. “Aku pingin berdua sama kamu malam ini…” Ia berkata lirih. Raut wajahnya kelam.
“Tenang, aku nggak menginap. Cuma main billiard kok. Janji, tiga jam lagi aku pulang. Bye, hon!” Sebuah kecupan mendarat di pipi Faya sebelum lelaki itu beranjak pergi.
Faya hendak mengucapkan sesuatu, namun yang keluar hanya helaan nafas yang panjang. Malam ini adalah malam yang ditunggu-tunggu olehnya, malam yang seharusnya dirayakan mereka berdua.
Andri mengendap-ngendap menuju kamar. Ketika Ia membuka pintu kamarnya, terlihat Faya sedang tertidur pulas. “Fiuhh…” Andri menghela nafas lega. Ia lelah dan tak ingin didamprat gara-gara telat pulang.
Ia menatap wajah istrinya. Ia cium keningnya lalu bersiap-siap merebahkan diri di kasur empuknya. Ketika Andri menarik selimut, Ia terkejut melihat Faya mengenakan baju transparan. Ia pun menyingkap selimut itu dari Faya dan mengamati istrinya. “Apa maksudnya, sih?” Ia bingung.
Begitu fokusnya Andri memperhatikan istrinya yang sedang tidur, bak seorang seniman sedang mengamati karya sastra Leonardo da Vinci. Baru Ia sadari yang digunakan Faya tidak tepat disebut baju tetapi gaun. Gaun hitamnya begitu lembut dan terlihat indah dikenakan oleh wanita cantik yang sedang tidur dihadapannya ini. Terlebih tubuh Faya terlihat samar-samar jelas dengan sensasi transparan itu.
Tiba-tiba Andri merasa familiar dengan gaun tersebut. Bukankah itu baju tidur yang dibelikan Andri untuk istrinya dua bulan yang lalu? Oh tidak. Ia jadi teringat percakapan mereka berdua dua bulan yang lalu.
***
“Sayang, kok kamu nggak pernah belikan aku lingerie, sih? Kamu nggak suka ya aku pakai itu?” tanya Faya suatu ketika.
“Hah?”
“Aku bilang kenapa kamu nggak pernah menghadiahi aku lingerie, apa kamu nggak suka? Atau kamu mengira aku yang tidak suka?”
Andri diam sejenak. “Lingerie itu apaan sih?”
“Kamu nggak tau lingerie itu apa?? Ndheso banget sih!” Faya tertawa.
Seketika raut wajah Andri berubah dingin.
“Hehehe, maaf…bercanda.”
Andri terdiam. Ia tak ingin menanggapi istrinya.
“Duh, maaf sayang. Maaf dong, bercanda. Ih, masa pagi-pagi udah marah..gimana ntar siang..?”
Andri melotot.
“Sayang, sayang… bercanda. Jangan melotot gitu ah, seyyemm…” Faya merajuk sambil mengelus-ngelus punggung suaminya.
Hhhh…begitulah watak istrinya. Seperti anak kecil. Semenjak pacaran Ia sudah sering menggoda Andri. Khusus di depan suaminya, Faya begitu rasis. Ketidaktahuannya akan dunia metropolitan disangkut pautkan dengan dirinya yang berasal dari Tegal. Jadi kesannya orang Tegal itu ndheso alias kampungan. Padahal Faya yang asli Jakarta pernah tinggal cukup lama di Brebes. Walau selalu membuat Andri kesal, namun kerap kali Faya membuat suaminya ingin cepat-cepat pulang kantor. Itulah kelebihan Faya. Ngangenin.
“Lingerie itu baju tidur khusus untuk wanita yang sangat minim dan sexy. Biasanya ketika malam pertama lingerie dipakai.” Jelas Faya sok tahu.
“Memangnya apa yang kamu kenakan saat malam pertama dulu?”
“What do you think?” Faya menghela nafas lalu menghampiri Andri. “Aku tidak ingin kamu mengira bahwa aku tidak menyukainya. Maaf, dulu aku pernah melihat buku bersampul biru di tumpukan buku-buku tehnik kamu. Lalu aku baca dan disana ada cerita tentang beberapa wanita yang sebal karena suaminya membelikan baju tidur layaknya untuk wanita tuna susila. Yah, lingerie memang banyak macamnya.”
Andri mengerutkan keningnya. Ia sedikit pun tak mengerti apa yang dikatakan istrinya.
“Sebenarnya apa fungsi lingerie itu? Buku yang mana?”
Faya beranjak dari kursinya. Ia marah sekarang. “Dont you have sense of romance at all?” Faya duduk lagi ke bangkunya. Ia sendiri bingung untuk menjelaskan kepada suaminya. Fungsi lingerie? Dah! Faya mendengus. I hate it when he asks in details. Ia pun langsung menjawab pertanyaan yang kedua.
“Buku yang bersampul biru. Isinya tentang bagaimana cara berhubungan dengan lawan jenis. Judulnya Men are from Mars, Women are from Venus karangan John Gray. Lalu aku berpikir kamu nggak pernah membelikan aku lingerie karena takut aku sebal, seperti wanita-wanita di buku itu.”
“Oh! Ya, aku ingat. Itu buku yang dihadiahi oleh adikku ketika kita mau menikah. Katanya supaya aku tidak kaku dan out of trouble. Aku juga tidak mengerti maksudnya karena buku itu belum kubaca..” Ups…
“Hubby, you are really in trouble!” sambil membanting serbet kemeja makan, Faya beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Andri sendirian disana.
Esok harinya, Andri berupaya menyenangkan hati Faya dengan membelikannya lingerie. Ia pun mengajak Faya ikut serta. Tapi di dalam mobil malah terjadi pertengkaran lagi…
“Terserah kamu, mau kemana!” bentak Andri.
“Loh, yang ngajak pergi kan kamu! Sebenarnya kamu mau ngajak aku kemana?” Faya jadi kesal.
Andri juga tak kalah kesal. Ia menyesali dirinya sendiri, mengapa sebelum mengajak Faya pergi, Ia tidak browsing dulu di internet, atau menelpon temannya? Mengapa Ia tidak membaca dulu buku itu? Mungkin saja disana ada petunjuk, jadi Ia tak perlu mengatakan yang sebenarnya.
“I have no idea where I can get that stupid lingerie for you!!”
***
Andri masih ingat derai tawa Faya saat itu. Andri juga masih ingat lingerie inilah yang Ia belikan untuknya. Andri selalu menyesal belakangan. Lihatlah, Faya sengaja menyimpan lingerie itu untuk Ia kenakan hari ini, hari ulang tahun pernikahan mereka. Andri menatap wajah istrinya lekat-lekat. Ia memperhatikan wajah polos istrinya yang sedang tidur. Andri merasa sangat bersalah. Ia membayangkan istrinya menunggu dirinya semalaman sambil memakai lingerie pilihan mereka berdua. Ia membayangkan istrinya menanti datangnya malam ini, dua bulan lamanya.
Andri memeluk istrinya. Menciumi wajahnya perlahan. “Maafkan aku, Sayang…” Ia berkata lirih, tak tega membangunkan tidur pulasnya.
No comments:
Post a Comment